“Kalau jodoh tidak akan ke mana.” Kalimat sederhana ini menjadi pegangan Becca, nama lengkap dari Rebecca Budiman alumna SMA Santa Ursula Jakarta angkatan 2025, dalam mengambil keputusan-keputusan penting di masa SMA hingga akhirnya mengantarnya meraih beasiswa penuh di The University of Hong Kong (HKU), jurusan Teknik Elektro.
Becca bukanlah sosok yang asing di lingkungan Sanur. Ia bergabung sejak SMP hingga SMA, dan baru saja menutup perjalanannya bersama Sanur pada tahun ajaran 2024/2025. Saat ditanya pengalaman paling berkesan, Becca menyebut momen sederhana namun penuh makna: Closing Ekspreso 2023. Ia bersama teman-teman dapat menikmati kebersamaan di acara itu. “Momen itu menjadi cara saya melepas penat di tengah padatnya kegiatan sekolah,” kenangnya.
Namun, perjalanan Becca di Sanur bukan hanya soal akademik. Ia tumbuh dan ditempa melalui beragam kegiatan, mulai dari marching band (MB), organisasi, hingga kepanitiaan. Dari situlah bakat bermusik dan kemampuan kepemimpinannya terbentuk. Becca bahkan terpilih menjadi Komandan (Ketua) Putri Santa Ursula Marching Brass (PSUMB) periode 2024/2025. Dari situlah ia kerap dipercaya menjadi dirigen dalam misa-misa sekolah, juga misa kampus Santa Ursula. Meski awalnya sempat takut dengan tanggung jawab besar sebagai komandan PSUMB, Becca belajar menghadapi rasa khawatir, menemukan ketangguhan, dan berproses bersama tim. “Tidak semuanya sesuai ekspektasi, ada masa frustasi dan sedih, tapi pengalaman itu memberi pelajaran berharga yang tidak saya dapat hanya dari akademik,” ujarnya.
Salah satu kisah yang menegangkan karena harus mengambil keputusan yang tidak mudah adalah ketika latihan H-1 Family Day (acara Tahunan PSUMB) bertepatan dengan jadwal wawancara universitas. Becca sudah meminta penjadwalan ulang wawancara ke universitas, tapi sampai menjelang latihan tidak ada jawaban. “Waktu itu rasanya seperti mau meledak karena harus memilih antara masa depan atau rasa tanggung jawab”. Akhirnya karena tidak ada jawaban sampai menjelang jadwal wawancaranya yang sudah terjadwal, Becca memilih untuk tetap fokus memimpin latihan karena rasa tanggung jawabnya sebagai komandan, meski itu berarti melewatkan interview penting. “Waktu itu orang tua saya sampai marah dan datang ke Pak Mardi,” katanya dengan wajah serius mengenang apa yang sudah terjadi. Becca dan keluarga hanya bisa berdoa untuk yang terbaik yang Tuhan akan berikan. Tuhan rupanya memilihkan yang terbaik. Becca ternyata tetap menerima conditional offer dengan full scholarship dari HKU. Keputusan sulit itu membentuk keyakinan dalam dirinya: masa depan yang benar-benar untuk kita, tidak akan pernah tertutup.
Ketika ditanya apa yang membuat jadi anak Sanur begitu istimewa, Becca menjawab tanpa ragu: kebersamaan. “Teman-teman di Sanur solid dan tidak jaim. Kami bisa mengekspresikan diri dengan bebas. Bahkan seringkali kalau ada waktu senggang, kami lebih memilih duduk lesehan di lantai, ngobrol apa adanya, tapi justru dari situ terasa banget ikatan kebersamaan.”
Kisah Becca menjadi bukti nyata bahwa SMA Santa Ursula Jakarta tidak hanya mempersiapkan siswinya unggul secara akademik, tetapi juga membentuk pribadi tangguh, berintegritas, dan mampu mengambil keputusan bijak dalam situasi sulit. Dari bangku Sanur, lahirlah pemimpin muda yang siap membawa pengaruh positif di mana pun mereka berada.
sumardi@2025