Komunitas Ursulin yang pertama di Pulau Jawa, yaitu di jalan Noordwijk (Juanda) mengalami perkembangan dan kemajuan pesat dalam karya kerasulan. Sekolah dan asrama maju dengan pesat sekali. Banyak anak yang datang untuk bersekolah di sana. Namun, Sr. Ursula Meertens dan komunitasnya merasa sedih sekali karena melihat nasib anak yatim-piatu yang begitu banyak jumlahnya.
Karena kedatangan para suster muda dari Eropa yang terus mengalir, maka timbul keinginan di hati mereka untuk membuka suatu asrama dan sekolah untuk anak miskin di daerah “Weltevreden”. Komunitas Noordwijk mengutus 3 susternya, yaitu: Sr. Angèle Cleeren, Sr. Stanislas Port, dan Sr. Andrè van Gemert (sebagai pemimpin kelompok kecil itu). Pada tanggal 18 Januari 1859 ketiga suster tersebut memulai karya baru. Mereka tinggal selama beberapa waktu di “Bazaar Baru” (Pasar Baru), di sebuah rumah yang dibeli oleh Pst. Van der Grinten.
Anak asuh para suster yang pertama adalah anak-anak yatim-piatu dari Yayasan Santo Vincentius, yang ketika itu berjumlah 25 orang. Tetapi jumlah anak asuh itu terus bertambah sehingga rumah di Pasar Baru tidak muat lagi untuk menampung mereka. Pada tgl. 7 Februari 1860, para suster dan anak-anak asuh mereka pindah ke sebidang tanah yang luas yang dinamakan Weltevreden, di samping kantor pos. Mereka membeli sebuah hotel yang kemudian diubah menjadi biara yang disebut “Weltevreden” di Jalan Pos 2 (Haberhausen, 1989, 22-23).
Di Weltevreden, dibuka karya pendidikan formal bagi anak-anak kurang mampu, yaitu anak-anak dari panti asuhan Vincentius. Selain bagi anak-anak yang kurang mampu, dibuka juga pendidikan formal bagi anak-anak yang mampu.
Tahun 1861, para suster membuka asrama bagi anak-anak dari luar Pulau Jawa agar mereka dapat bersekolah di Weltevreden. Tahun 1899, para suster membeli tanah dan membuka TKK dan sekolah dasar di daerah Prapatan, kala itu terletak di pinggir kota. Sekolah ini ditutup pada tahun 1990 karena mengalami kesulitan untuk pengembangan. Tahun 1902, dimulai sekolah untuk TK dan SD. Sekolah ini merupakan sekolah khusus untuk anak-anak perempuan. Namun sejak tahun 1977, TK dan SD mulai menerima murid laki-laki.
TK Santa Ursula Jakarta yang berada di bawah naungan Yayasan Satya Bhakti kini terus berbenah dan mengembangkan diri. Berbagai pelatihan, baik bagi pendidik maupun peserta didik terus digalakkan. Berbagai model pembelajaran pun terus dipelajari dan dievaluasi. Sarana dan prasarana penunjang pembelajaran juga semakin ditingkatkan. Semua itu bertujuan untuk semakin meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.
Pada tahun 2010 TK Santa Ursula menambah program layanan dengan menghadirkan Kelompok Bermain Santa Ursula Jakarta. Dengan demikian sejak tahun tersebut sekolah ini bernama KB – TK Santa Ursula Jakarta